DARI DETEKTIF JADI PAHLAWAN, KARYA " CINTA " SISWA SD UNIVERSAL ANANDA
Nama :
CINTA MARSHIERLY YUSANGKA
Kelas :
VI
Sekolah :
SD Universal Ananda Kendal
Asal Taman Bacaan : Taman Ku Suka Baca
Dari Detektif Jadi
Pahlawan
Sore
itu, di perumahan Griya Asri. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut. Menerbangkan daun-daun
yang sudah berguguran. Ada beberapa anak yang main di luar rumah saat sore. Tetapi
tidak dengan Rusli, Boby, Adit, dan Rysta. Mereka tetap berada di depan layar
kaca televise, hingga berita mengejutkan datang. Mereka memang suka berkumpul
dan biasanya juga menonton acara kesukaan mereka. Pertama, mereka berkumpul di
rumahnya Rusli, lalu Adit, Rysta, dan yang terakhir di rumah Boby. Kali ini, mereka
berkumpul di rumahnya Boby. Boby menyajikan makanan yang banyak dan menggugah
selera.
“Jadi, fosil kepala Gajah Asia yang di simpan
di Museum Ronggowarsita telah hilang. Bagi yang menemukan fosil tersebut, harap
menghubungi petugas kami. Dan yang dapat menemukannya akan di beri hadiah.” itulah
sekilas berita yang di tonton Rusli, Boby, Adit, dan Rysta. ”Pasti kalau kita menemukannya
kita akan jadi jutawan.” khayal Rysta. ”Belum menemukan saja sudah mengkhayal
ketinggian.” komentar Adit. ”Biarin dong, lagi pula juga nggak ada larangan
yang melarang aku nggak boleh mengkhayal kan?” kata Rysta membela diri.” Sudah-sudah,
kalian ini bisanya bertengkar saja.” ujar Rusli melerai Adit dan Rysta.
Adit
dan Rysta memang selalu berbeda pendapat. Mereka bisa bertengkar hanya karena
masalah sepele. ”Khayalan kalian semua itu salah! Yang pasti kita akan di beri
makanan yang banyak sekali.” celetuk Boby sambil membuka jajan yang sedang dia
pegang. ”Huuu…” semua mencibir ke arah Boby. Boby hanya diam dan meringis ke
arah teman-temannya. ”Tetapi, mencari fosil yang hilang itu mungkin seru dan
menantang!” ucap Rysta mengagetkan semua temannya. Rusli, Adit, dan Boby diam
sejenak. ”Tetapi mencari fosil yang hilang itu, penuh resiko.” sahut Adit
tiba-tiba.
Adit
tidak mau menyetujui usul Rysta. Karena dia tidak ingin usul Rysta yang di
anggap paling baik. ”Mengapa kita harus bersusah payah mencari fosil itu?
Biarkan saja petugas yang berwajib menangani ini semua. Bereskan?” Tanya Adit
dengan mimik wajah yang tidak menyetujui usul Rysta.” Kita kan bisa membantu
pekerjaannya? Siapa tahu kita yang berhasil menemukannya. Kalau kamu tidak mau,
ya sudah. Nggak apa-apa kok.” kata Rysta dengan nada kesal karena merasa
terpojokkan. Adit diam tak berkutik.” Kalian ini seperti Tom & Jerry saja. Bertengkar
terus.”cibir Boby.
“Rysta
benar,kita harus membantu sesama makhluk hidup.” kata Rusli meniru gaya Ms. Ririn,
guru Bahasa Indonesia. ”Tuh kan, apa aku bilang” ledek Rysta. ”Ya sudahlah
kalau begitu, aku mau pulang saja. Daripada harus di pojokkan terus oleh
kalian.” omel Adit. ”Adit benar, hari sudah semakin sore. Matahari pun sudah
semakin menurun ke arah barat. Kali ini aku setuju denganmu Dit.” dukung Rysta
membuat perasaan Adit menjadi berubah. Adit hanya tersenyum angkuh, karena kali
ini pendapatnya di dukung. ”Baiklah, aku juga ingin pulang dulu ya Bob.” sahut
Rusli juga menyetujui pendapat Adit.
***
“Anak-anak,
mulai besok kegiatan belajar mengajar sudah di liburkan.” ujar Mr.Aryo, guru
matematika. ”Yeee…besok sudah libur.” teriak beberapa murid dengan gembira. Termasuk
4 sekawan yang selalu bersama, Rusli, Adit, Boby, dan Rysta. ”Rysta,mau ke
mana? Masa kamu mau meninggalkan kami?” tanya Rusli dengan sedikit berteriak. ”Maaf
Rus,aku sudah di jemput papa. Setelah ini, aku ingin menengok nenekku yang
sakit di rumah sakit.” kata Rysta dengan nada bersalah. ”O iya,nggak apa-apa
kok.” balas Rusli dengan suara lembut.
“Setelah
sekian lama ku menunggu, hingga peluhku mengalir. Akhirnya, tiba saatnya aku
untuk bernafas lega, karena tidak ada pengganggu lagi.” ucap Adit berlagak
puitis. ”Siapa yang kamu sebut pengganggu?” tanya Boby penasaran sembari meraih
kacang kulit yang berada di saku celananya. ”Siapa lagi kalau bukan si Rysta?
Kan dia yang selalu menggangguku” jawab Adit sembari mensedekapkan tangannya. ”Hus…kamu
nggak boleh begitu! Rysta juga teman kita. Mungkin kamu yang memang salah Dit.”
tegur Rusli. ”Ucapan Rusli ada benarnya juga tuh Dit” sahut Boby menimpali. ”Iya-iya!
Aku yang salah!” bentak Adit yang di pojokkan, lalu pergi meninggalkan kedua
temannya.
“Huuh…
mengapa selalu si Rysta yang di bela dan di perhatikan? Dia kan hanya anak
perempuan yang tomboi dan nggak keren. Kalau di bandingkan dengan aku, jelaslah
aku yang lebih keren.” gerutu Adit di perjalanan pulangnya. Setiap pulang
sekolah, dia dan kawan-kawannya pulang menaiki sepeda. Karena terlalu kesal
pada Rysta, dia menabrak 2 orang dari 4 orang yang ada. Mereka bertubuh besar
dan kekar. Mereka sedang membawa sesuatu. Sesuatu itu terbungkus kardus yang
sangat besar. Setelah menabrak 2 orang tadi, Adit langsung bergidik ketakutan, karena
merasa mereka berdua akan marah.
“Ma… maaf,
sa… saya tidak se… sengaja” kata Adit gagap karena bergidik ngeri pada tampang
dan postur tubuh mereka yang besar. ”Ya
Tuhan… semoga mereka tidak marah padaku dan memukuliku.” Adit berdoa di
dalam hati. ”Tidak apa-apa dik,saya dan teman-teman saya yang salah. Maaf dik, kami
harus pergi.” ucap salah satu dari mereka. Yang mengenakan ikat kepala merah. Adit
kaget dan heran.
Ternyata,
keberuntungan masih menyertai Adit. 2 orang itu tidak marah padanya, justru
mereka meminta maaf dan langsung lari terbirit-birit membawa bungkusan kardus
itu bersama 2 orang teman mereka yang lain. ”Aneh,mengapa
mereka lari? Aku kira mereka akan memukulku karena kesal padaku? Tetapi, syukurlah
keberuntungan masih menyertaiku” batinku di dalam hati sambil
menggaruk-garuk kepalaku karena heran dengan mereka. Sehabis kejadian itu Adit
langsung pulang ke rumahnya. Dan besoknya, dia berencana menceritakan ini semua
kepada Rusli, Boby, dan Rysta.
***
“Hah?!
Aneh banget!” teriak Boby kaget. ”Mungkin,
Itu barang pesanan milik orang lain yang sudah di pesan. Dan mereka
berdua di tugaskan untuk mengantarkannya.” kata Rusli berusaha berpikir
positif. ”Apa mungkin…” Rysta berhenti sejenak, berusaha meyakinkan dirinya
kembali. ”Mungkin apa? Cepat kasih tahu! Jangan bikin kita penasaran dong!” protes
Adit kesal. ”Apa mungkin,itu fosil yang di curi! Coba bayangkan, fosil kepala
Gajah Asia kan berukuran cukup besar, mungkin mereka membungkusnya dengan
kardus untuk menutupi fosiltersebut. Dan saat Adit menabraknya, mereka kan
harusnya marah? Mengapa mereka lari?” jelas Rysta panjang lebar.
“Jadi,kamu…!”.
”Sudah-Sudah, nanti kamu dan Rysta berdebat lagi.” potong Rusli. ”Kamu ini
Rysta, pikirannya kaya detektif saja. Pasti nyambungnya ke masalah itu terus.” sindir
Boby sambil menelan pisang goreng yang baru di belinya di warung bu Warih. Rysta
tersenyum simpul. ”Rys,kamu itu jangan asal nuduh sembarangan dulu! Kamu juga
belum punya bukti kan? Kamu tidak boleh menuduh orang tanpa bukti, itu namanya
fitnah!” tegur Rusli memberi nasihat. ”Iya deh, aku nggak begitu lagi” sesal
Rysta. ”Makanya, jangan suka nonton film detektif! Jadi begini deh” cibir Adit.
Rysta hanya memasang muka marah, karena tidak ingin berdebat dengan Adit.
“Tetapi,
pendapat Rysta juga bisa di logika kok. Kalau menurutku sih begitu. ”Boby mendukung
pendapat Rysta. Rysta jadi tersenyum angkuh kepada Adit yang sedari tadi tak
mendukung semua pendapat Rysta. ”Dit, kamu ini kok selalu tidak mendukung sama
sekali pendapat ataupun ucapan Rysta? Sesekali kan ucapan atau pendapatnya kan
ada benarnya juga.” tanya Boby membela Rysta. Karena Adit sedang terpojokkan, Rusli
pun membantu Adit.” Boby sudah jangan di lanjut lagi! Nanti kita malah jadi
bermusuhan. Kasihan Adit dong, selalu terpojokkan terus.” bela Rusli dengan
tegas.
“Iya tuh Bob, kamu kok jadi membela
Rysta? Biasanya kan kamu sibuk dengan makanan-makananmu itu?” sindir Adit. Boby
menjadi marah dengan Adit. ”Hus…jangan begitu! Nanti Boby marah!” tegur Rysta
lewat bisikan. ”Ya sudah kalau begitu, aku nggak mau teman kalian lagi! Dan
untukmu Aditya Santosa. ”,Brak… Boby menggebrak meja yang ada di depannya. Gebrakannya
itu mengagetkan Adit, Rusli, dan Rysta. ”Aku nggak bakal maafin kamu sebelum
kamu minta maaf padaku dulu!” lanjut Boby dengan menggebu-gebu.
Boby pun meninggalkan mereka semua di
kantin sekolah. Adit, dan Rysta jadi saling menyalahkan. ”Ini semua gara-gara
kamu Dit! Kalau kamu tidak berkata begitu, si Boby nggak bakal marah sama kita
semua!” bentak Rysta. ”Lho…kok aku jadi yang di salahkan? Harusnya kamu yang
salah Rys! Kalau kamu tidak berpendapat begitu, Boby juga nggak akan membela
kamu! Dan ini nggak bakal terjadi.” Adit gantian membentak Rysta. ”Adit! Rysta!
Sudah, jangan menyalah-nyalahkan! Kita semua itu salah.” tegur Rusli marah. Mereka
pun berpikir, bagaimana agar Boby mau memaafkan mereka semua.
***
Malam
itu, angin bertiup lembut lewat jendela kamar Rysta. Gorden jendela Rysta
terbang tertiup angin, karena jendela Rysta di buka. Cahaya rembulan dan cahaya
bintang menemani Rysta di tengah kesunyian malam. Sesekali juga terdengar suara
burung hantu yang membuat bulu kuduk berdiri. Tetapi perasaan gundah gulana
sedang menyeliputi perasaan Rysta.
“Huh..! Gara-gara si Adit nih, Boby
jadi marah. Coba saja Adit nggak ngomong begitu. Pasti Boby juga nggak akan
marah.” gerutu Rysta di dalam kamarnya. Karena kesal, Rysta pun merebahkan
tubuhnya di kasur empuknya. Selain memikirkan temannya Boby yang masih marah, Rysta
juga memikirkan kasus hilangnya fosil, yang di beritakan di televisi. ”Apa ada kaitannya dengan 4 orang yang di
ceritakan Adit? Apa itu hanya pendapatnya Rusli? Bahwa sesuatu itu hanya barang
pesanan milik orang lain.” batin Rysta di dalam hati.
Selain
Rysta, ternyata Adit juga menggerutu dan memikirkan hal yang sama di dalam
kamarnya. ”Dasar si Rysta! Padahal jelas-jelas dia yang salah, masih saja
menyalahkan aku?” gerutu Adit sambil mengambil foto Rysta yang berada di atas
meja belajarnya. Adit juga mempunyai foto Boby, dan Rusli. Teman-temannya yang
lain pun juga begitu, masing-masing mempunyai foto sahabat-sahabatnya. ”Tetapi
kalau di pikir-pikir, omongan Boby dan Rysta ada benarnya juga. Mungkin yang di
bawa mereka itu fosil yang hilang” gumam Adit.
“Duh,
kok aku jadi kepikiran omongannya Boby dan Rysta sih?” keluh Adit pada dirinya
sendiri, yang sedang duduk di depan jendelannya, dan menatapi kilauan cahaya
bintang-bintang di langit malam. Adit jadi gundah seperti Rysta. Mereka
sama-sama memikirkan masalah yang sama yaitu, tentang marahnya Boby dan
hilangnya fosil kepala Gajah Asia. ”Ah lebih baik aku tidur saja, mungkin aku
jadi lebih tenang” gumam Adit. Adit memeluk guling yang berada di sampingnya. Karena
dia tidak bisa tidur tanpa guling yang biasa menemani tidurnya. Adit pun tak
beberapa lama sudah terlelap.
***
Ide
Rysta terpaksa menunggu kepastian dari teman-temannya. Tetapi, mereka harus
menyelesaikan masalah mereka dengan Boby. Adit, Rysta, dan Rusli berkumpul di
kantin saat istirahat pertama berlangsung. Sementara itu Boby sedang asyik
menyantap bakso yang sudah di pesannya. Boby tak merasa kesepian, karena dia
pandai bergaul. Dia makan bakso di temani Vian dan Nathan. Mereka berdua adalah
teman baru Boby. Dia dan teman-teman barunya berada di sudut kantin.
“Komo
mao nomboh logo go?” tanya Boby dengan mulut yang masih terisi penuh dengan
bakso. ”Tidak usah Bob,aku sudah kenyang.” tolak Vian. ”Aku juga tidak usah
Bob.” sahut Nathan. ”Ya sudah kalau begitu, aku saja yang nambah.” kata Boby. ”Pak,
saya pesan 1 mangkok lagi” pesan Boby kepada Pak Maman. Pak Maman adalah tukang
bakso sekolah ini. Beliau sudah bekerja selama 3 tahun di sini. Baksonya juga
enak dan sehat. Pak Maman menggunakan daging sapi untuk membuat baksonya. Beliau
tak ingin anak-anak yang memakan baksonya keracunan. Makanya tak jarang
dagangannya laris, dan tempatnya pun juga selalu di padati oleh anak-anak.
Jika
Boby sedang bersenang-senang dengan teman-teman barunya, berbeda halnya dengan
Rusli, Adit, dan Rysta. ”Adit, pokoknya kamu harus minta maaf kepada Boby!
Lihat tuh.. Boby jadi tidak memedulikan kita lagi…!” kata Rysta sambil menunjuk
Boby yang berada di sudut kantin. Adit hanya diam. Sementara itu Rusli masih
berpikir. ”Bagaimana jika kita semua meminta maaf kepada Boby?” usul Rusli. Rysta
setuju dengan ide Rusli. Tetapi tidak dengan Adit. Dia kurang setuju dan malah
menyeruput es teh yang sudah di pesannya. Dia mau meminta maaf asalkan Rusli
yang memulai dulu. Jelas saja Rysta protes dan tidak setuju dengan ucapan Adit.
“Dit,
harusnya kamu dulu dong yang meminta maaf! Masa Rusli duluan? Kan kamu yang
salah!” protes Rysta membela Rusli. ”Ya sudah kalau kamu maunya begitu,aku
nggak akan mau meminta maaf dengan Boby!” jawab Adit dengan suara santai, tetapi
sedikit membentak pada kata-kata “Boby”. ”Dasar
Adit! Dia orangnya memang begitu. Keras kepala! Huuh… susah deh berteman sama
anak keras kepala kaya begini” gerutu Rysta di dalam hati. ”Baiklah jika
mau kamu begitu Dit, yang penting Boby mau memaafkan kita semua.” ujar Rusli
seraya berdiri dari tempat duduknya.
Adit
pun akhirnya setuju dengan ajakan Rusli untuk meminta maaf dengan Boby. Rusli
juga tidak keberatan untuk meminta maaf dahulu. Walaupun bukan dia yang salah. Pada
saat itu, Vian dan Nathan sudah pergi meninggalkan Boby sendirian, karena di
panggil oleh Mr.Damar. Adit, Rusli, dan Rysta jadi tidak perlu malu lagi untuk
meminta maaf kepada Boby, karena Vian dan Nathan sudah pergi. Mereka bertiga
perlahan mendekat ke arah Boby. Dengan langkah ragu, mereka terus mendekati
Boby. Dengan keyakinannya, Rusli masih terlihat seperti seorang pemimpin. Berbeda
dengan kedua temannya di belakang, yang masih ragu atas semua ini.
“Bob,
maafkan kami semua jika kami mempunyai salah padamu. Aku,Rysta, dan Adit ingin
kamu bermain bersama kita lagi.” ucap Rusli dengan suara memohon. ”Benarkah itu
Adit?” tanya Boby pada Adit. ”Benar Bob. Aku mengaku salah, aku mohon…” mohon
Adit dengan suara lirih. Perasaan Boby menjadi tersentuh saat mendengar
pengakuan minta maaf dari teman-temannya. Perlahan-lahan, perasaan benci
terhadap teman-temannya mulai hilang. Boby jadi tidak tega, jika dia tidak
memaafkan teman-temannya. ”Baiklah, aku akan memaafkan kalian semua…” Boby
memaafkan temannya. ”Tetapi kita jadi ya,untuk menyelidiki hilangnya Arca
Ganesha?” sambung Boby dengan melirik raut muka Adit. ”Hahaha…” semua tertawa
melihat Adit yang langsung cemberut.
***
Siang
itu, sehabis pulang sekolah Adit, Rysta, Rusli, dan Boby berkumpul di sebuah
gardu. Sebelum berkumpul di gardu, mereka pulang dulu ke rumahnya
masing-masing, untuk berganti baju. Mereka juga tak lupa meminta izin dulu
kepada orang tua mereka, sebelum berkumpul bersama teman-temannya. Cahaya
matahari bersinar terik di atas. Panasnya terasa hingga menjalar ke tubuh orang
yang merasakannya. Tak heran setiap orang mengeluh dengan keadaan seperti ini. Mereka
sedang melakukan musyawarah, untuk menyetujui ide Rysta yang waktu itu, atau
tidak. Karena Boby juga sudah mulai menyetujui ide Rysta itu.
“Yang
tidak setuju dengan ide Rysta, silahkan angkat tangan.” perintah Rusli sebagai
ketua musyawarah. Adit langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi. ”Bau tahu!
Jangan di angkat tinggi-tinggi dong.” gurau Rysta sembari menutup hidungnya. Boby
hanya tertawa kecil karena gurauan Rysta yang menyindir Adit. Ternyata, hanya
Adit yang tidak menyetujui ide cemerlang Rysta. ”Baiklah, yang tidak setuju
hanya 1 orang. Sekarang yang setuju dengan pendapat Rysta silahkan angkat
tangan.” lanjut Rusli. Ternyata, yang menyetujui ide Rysta ada 3 orang termasuk
Rusli.
Adit
sebenarnya ingin marah, tetapi dia tersadar, ide Rysta memang patut di lakukan.
”Bagaimana Dit? Kamu tetap tidak setuju dengan idenya Rysta?” tanya Rusli. Adit
diam sejenak. Dia berpikir di dalam hati. Jika dia tidak menyetujui usul Rysta,
dia di kira tidak berani, dan percuma saja karena dia sudah kalah. Sedangkan
kalau dia setuju, itu juga akan membantu untuk mencari fosil yang hilang itu. Akhirnya
Adit mengambil keputusan, bahwa dia setuju dengan ide Rysta. Karena tidak ada
pilihan lain lagi selain tidak dan iya. Maka, lebih baik Adit setuju saja
dengan ide Rysta.
“Kok
sekarang jadi setuju sama ideku? Biasanya kan kamu selalu nggak setuju? Kalau
ini sih bukan Adit yang biasanya.” sindir Rysta sambil menyenggol bahu Adit. Adit
hanya diam. ”Lantas, Adit yang biasanya seperti apa Rys?” tanya Boby sambil
melihat ke arah Adit. Adit masih saja tertunduk diam.” Kalau Adit yang biasanya
itu…”. ”Sudah ah… masa jadi ngomongin aku begini sih? Katanya mau membantu
mencari fosil yang hilang itu?” potong Adit karena kesal. Rysta dan Boby hanya
tertawa cekikikan.
“Jadi
kok. Pertama, kita akan mencari informasi tentang fosil tersebut, apa
ciri-cirinya, bagaimana bentuknya, dan sebagainya. Yang kedua, kita akan
mencari barang buktinya. Dan terakhir, kita akan mencari tahu siapa dalang di
balik semua ini.” jelas Rusli panjang lebar. Teman-temannya mengangguk setuju
dengan rencana yang telah di buat oleh Rusli. Boby dan Rusli bertugas untuk
mencari informasi tentang arca tersebut. Sedangkan Adit dan Rysta, kebagian
mendapat tugas untuk mencari barang bukti. Adit dan Rysta memang sengaja di
pasangkan Rusli dan Boby, agar mereka dapat bekerja-sama.
***
Pagi
nampak cerah.Matahari pun muncul dari tempat persembunyiannya. Burung-burung
berkicau,membuat alunan suara yang menyejukkan telinga. Ayam jantan pun
berkokok seperti biasanya. Ternyata, angka 7 sudah terpampang di jam dinding. Itu
artinya, sudah waktunya semua murid masuk ke kelasnya masing-masing. ”Tet…tet…tet…” bunyi bel pun juga sudah
terdengar nyaring di mana-mana. Murid-murid di SD Harapan Bangsa sudah bersiap
di tempat duduknya masing-masing,menunggu guru memasuki ruangan mereka. Di
kelas 4 sekawan (Adit, Rusli, Boby, dan Rysta), tepatnya di kelas VIIC, pelajaran
pertama mereka adalah IPS. IPS adalah pelajaran kesukaan Rusli.
Tak
lama kemudian, Ms.Erie sudah selesai mengajar IPS di kelas 4 sekawan. Nama
Ms.Erie hampir sama dengan “Misteri”. Coba deh kalian baca. Tetapi,Ms. Erie
tidak penuh dengan misteri dan menakutkan. Ms.Erie malah sering bercerita, dan
berbagi pengalamannya yang menarik dengan yang lain. Maka dari itu, tak heran
jika banyak murid yang senang di ajar oleh Ms.Erie. Tetapi, bukan berarti
guru-guru yang lain tidak menyenangkan lho! Justru merekalah yang membuat
pelajaran menjadi menyenangkan. Terkadang, ada guru yang memberikan kita hadiah
karena bisa menjawab soal dengan benar. Lalu, juga ada yang suka bercerita, contohnya
Ms.Erie.
Pada
saat jam istirahat begini, 4 sekawan alias calon detektif-detektif cilik ini
suka ngobrol di kantin sekolah. Biasanya, yang paling banyak makan adalah Boby.
Siapa lagi kalau bukan Boby,Si Jago Makan. Kalau Rysta lebih suka mengutak-atik
barang, menjadi lebih unik. Lain halnya dengan Rusli dan Adit, mereka lebih
suka ngobrol tentang hal-hal yang baru. Jangan salah lho! Di balik sifat Rusli
sebagai penengah dan di anggap paling dewasa, ternyata dia juga suka dengan
lelucon lho! Xixixi…tetapi, kalau jagonya ngrumpi, ya Si Rysta deh. Sedangkan
Adit… ya tahu sendirilah, Si jagonya menggerutu. Dan Rusli, jago memimpin.
“Eh…teman-teman,
kemarin aku sudah ngebrowsing tentang fosil yang hilang itu bersama Rusli lho!”
Boby memulai topik pembicaraan. ”O ya?” tanya Rysta setengah ragu. ”Iya, fosil
itu berbentuk seperti gajah. Ukurannya tidak terlalu besar, dan juga tidak
terlalu kecil.” jelas Rusli mendeskripsikan fosil Gajah Asia yang hilang tersebut.”
Kan namanya fosil gajah, bentuknya ya gajah dong. Masa berebentuk lain?” tanya
Boby dengan nada bercanda. Teman-temannya tertawa dan juga mengangguk paham.
”Lantas, bagaimana dengan barang
buktinya?” tanya Rusli dengan melihat wajah Rysta dan Adit. Rysta dan Adit
saling berpandang-pandangan. ”Maaf Rus, kita belum menemukan barang buktinya.” sesal
Rysta. ”Tak apa, nanti aku dan Boby akan mebantu kalian untuk mencarinya. ”Rusli
berusaha membuat mereka berdua tidak menyesal.
Misi
pertama mereka, sudah terlaksana. Hanya misi kedua dan ketiga yang hanya perlu
menunggu. Rusli dan Boby, berencana untuk membantu pencarian barang bukti yang
belum di temukan. Adit dan Rysta pun menjadi bersemangat lagi untuk menjalankan
misi ini. Mereka berharap, semoga mereka bisa menemukannya. Dan dapat
mengembalikan lagi fosil itu ke Museum Ronggowarsito. Tempat di mana fosil
kepala Gajah Asia di simpan.
***
Hari
Minggu ini, hujan turun dengan rintik-rintik. Membuat embun di daun-daun. Hari
ini 4 sekawan berencana untuk melancarkan misi kedua yang masih tertunda. Mereka
sedang berkumpul di rumah Rysta. Mereka terpaksa harus menunggu karena hujan
masih mengguyur. Walaupun hanya sebuah tetesan kecil yang jatuh dari langit
secara bersamaan. Mereka harus menunggu karena takut hujan semakin deras. Sementara
hujan di luar masih menetes, Rusli, Boby, Adit, dan Rysta sedang asyik menyusun
siasat untuk misi ketiga. Karena mereka tahu, misi ketiga itu harus super
hati-hati, agar semua berjalan dengan lancar.
Pertama,
mereka pergi ke tempat Adit menabrak 2 orang tersebut. Mungkin ada barang bukti
di sana. Setelah hujan reda, mereka segera meluncur ke tempat itu. Dengan
mengayuh sepeda, tak lama kemudian mereka pun sampai. Tempat itu persis di
depan rumah Kakek Yanto. Kakek Yanto tinggal sebatang kara di rumah itu. Kakek
Yanto juga orang yang tidak mampu. Istrinya sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Sedangkan
anak-anaknya sudah hidup sendiri, dan seperti tidak memedulikan lagi kakek
Yanto. Kadang kala, warga setempat merasa iba dengan kakek Yanto. Dan
kadang-kadang ada beberapa warga yang member sedikit makanannya dengan kakek
Yanto.
Mereka
pun langsung menghampiri rumah kakek Yanto, yang kebetulan kakek Yanto berada
di depan rumahnya. Kakek Yanto mengenakan baju yang sudah lusuh dengan
belang-belang hitam. Kakek juga suka memakai blangkon. Kakek Yanto sedang
menyeruput kopi hangat yang sudah di buatnya. ”Kakek…” panggil mereka berempat.
Mereka sering ke rumah kakek Yanto seminggu sekali. Kakek Yanto sudah di anggap
sebagai kakek mereka sendiri. Tetapi, belakangan ini mereka jarang menengok
kakek Yanto di rumahnya. Jadi kakek merasa rindu sekali dengan mereka berempat.
Kakek langsung memeluk Rusli, Boby, Adit, dan Rysta.
“Kakek
rindu sekali dengan kalian.” ungkap Kakek Yanto. ”Kami juga kek, maaf kan kami
karena sudah lama tidak mengunjungi rumah kakek.” balas Rysta mewakili seluruh
teman-temannya. ”Tetapi, kali ini kami ingin bertanya kepada kakek.” Boby
memulai topik yang ingin di tanyakan. ”Bertanya apa Bob?” tanya Kakek dengan
lembut. ”Begini kek, apakah kakek pernah melihat 4 orang berbadan kekar yang
pernah melewati jalan ini?” tanya Rusli seraya menjelaskannya ke kakek. Kakek
berpikir sejenak, lalu teringat sesuatu. ”O…orang itu, mereka pernah lewat. Lalu
topi salah satu dari mereka terjatuh, dan langsung kakek ambil. Tetapi, kakek
masih menyimpan topi salah satu dari mereka yang tertinggal.” jawab kakek
sambil berlari ke kamarnya untuk mengambil topi tersebut.
Kakek
segera menyerahkan topi itu karena sudah mendengarkan penjelasan dari mereka. Hati
mereka semua seketika menjadi sumringah. Dan akhirnya misi mereka yang kedua
telah terlaksana. Tinggal misi ketiga, yaitu mencari siapa pencurinya. Tetapi
ternyata, Adit mengenali tersebut. Topi itu seperti milik paman Wawan, Adit
tahu karena pernah di perlihatkan oleh paman Wawan. Tetapi, apa pencurinya
paman Wawan? Paman Wawan memang kolektor benda langka. Tetapi apa fosil itu
akan di jual? Jika itu terjadi, maka akan bahaya. Segera mereka langsung ke
rumah paman Wawan. Mereka kaget, ternyata paman Wawan yang selama ini mereka
anggap baik, mencuri fosil yang hilang itu! Mereka tahu karena membuka sesuatu
yang mencurigakan. Dan sesuatu itu di bungkus kardus seperti yang di lihat
Adit.
Mereka
langsung menggrebek rumah paman Wawan. Mereka tak hanya sendiri, tetapi dengan
ayah Adit yang berprofesi sebagai polisi. Ayah Adit bernama Andi. Jadi mereka
biasa memanggil dengan panggilan Om Andi. Om Andi juga menelpon beberapa
temannya untuk membantu. Mereka langsung berpikir cepat. Kali ini yang memimpin
adalah ayahnya Adit. Karena beliau sudah berpengalaman dalam menghadapi masalah
seperti ini. Om Andi langsung menyuruh mereka berkelompok karena rumah paman
Wawan luas. Adit dengan Rysta, dan Rusli dengan Boby. Sedangkan Om Andi
sendiri. Mereka menjalankan misi ini dengan sangat hati-hati, mereka ingin
misinya berhasil.
“Rys,
kamu harus tetap di belakangku!” perintah Adit dengan pelan. Rysta mengangguk
paham. Sedikit demi sedikit, Rysta dan Adit sampai di depan pintu samping
bagian kanan. Mereka tetap mengendap-endap untuk masuk ke dalam. Tetapi tiba-tiba,
Krek… Rysta menginjak sesuatu. ”Sssttt…hati-hati dong!” tegur Adit. Rysta hanya
diam dan menyesal. Tak di sangka suara yang di buat Rysta tadi, di dengar 2
orang anak buah paman Wawan. ”Siapa itu?” teriak 2 orang itu. Adit dan Rysta
bergidik ketakutan. Lalu, Adit mempunyai akal. Dia melihat ada 2 kayu berukuran
sedang. Dia langsung mengambilnya, dan salah satunya di berikan oleh Rysta. Rysta
di suruh untuk memukul anak buahnya paman Wawan tetapi tidak terlalu kencang.
Sret…
ternyata saat Adit mengambilnya, dia juga menimbulkan suara yang membuat 2
orang anak buah paman Wawan semakin curiga. Dua orang itu langsung berjalan ke
pintu samping bagian kanan dan semakin mendekati Rysta dan Adit. Buk… Adit dan
Rysta langsung memukulnya, dan membuat 2 orang itu pingsan. Mereka langsung
mengikat 2 orang itu agar tidak kabur. ”Yee…kita berhasil melumpuhkan 2 orang. Tinggal
3 orang lagi yang harus di lumpuhkan nih..” pekik Rysta. ”Sssttt…jangan
keras-keras, nanti kedengaran!” tegur Adit yang langsung menutup mulut Rysta.
Rusli
dan Boby, kebagian menyerang sisi pertahanan sebelah kiri, alias pintu samping
bagian kiri. Sama dengan Adit dan Rysta, mereka berdua juga berhasil
melumpuhkan dan mengikat 2 orang, yang juga termasuk anak buah paman Wawan. Hanya
Om Andi yang belum terdengar kabarnya. Om Andi kebagian menyerang pintu depan. Dengan
langkah senang, mereka menuju ruang tengah, karena siapa tahu Om Andi sudah
berada di sana. Dan benar saja, beliau sudah berhasil melumpuhkan paman Wawan. Paman
Wawan hanya terkulai lemas dan pasrah. mereka semua langsung tos keberhasilan. Paman
Wawan dan anak buahnya sekarang sudah di tangani pihak yang berwajib.
***
“Fiuh…
leganya misteri hilangnya fosil itu sudah terungkap.” ucap Boby sembari
menyandarkan badannya ke kursi. ”Aku jadi senang karena fosil itu sudah
kembali.” sahut Rusli. ”Hei kalian berempat, cepat keluar! Ada apel sebentar
dari kepala sekolah!” perintah Vian. Mereka kaget karena di adakan tiba-tiba, dan
sepertinya hanya mereka berempat yang tidak tahu. Mereka akhirnya segera ke
lapangan sekolah. Murid-murid dan guru-guru sudah berbaris dengan rapi sekali. Mereka
hanya melongo karena mungkin apel ini di adakan khusus untuk mereka berempat.
“Anak-anakku
yang Ms sayangi dan juga guru-guru yang Ms hormati,kalian tentu sudah tahu
berita yang akan Ms bahas kali ini. Ya, kita patut merasa bersyukur dan bangga
atas 4 teman kalian yang sudah menemukan fosil yang hilang itu. Mereka patut
kita sebut sebagai pahlawan-pahlawan cilik. Terimakasih pahalawan-pahlawan
cilik.” puji Ms.Helda (kepala sekolah) seraya bangga dan berterimakasih kepada
mereka. Rusli dan teman-temannya hanya membalas dengan senyuman kecil. Mereka
tersipu malu.Seluruh warga sekolah memberikan selamat kepada 4 sekawan.
Tak henti-hentinya mereka berempat di
banjiri ucapan selamat. Selain di beri
ucapan selamat, mereka juga di beri pin keberanian, yang di berikan para
petugas yang menangani hilangnya fosil tersebut, dan juga uang sebesar 50 juta
untuk mereka berempat. Mereka sepakat untuk memberikan uang tersebut untuk
kakek Yanto, agar kehidupannya berkecukupan. Mereka berempat benar-benar
pahlawan-pahlawan cilik.